Minggu, 31 Desember 2017

Ampenan biking tour (guest : KOREA - Daejeon University)

Bike trip... tematik Ampenan kota Tua. bongkar muatan sepeda di areal dagang Durian... eh, dipikir mau gelar jualan sepeda  Baru sekian kayuhan dari start poin Taman Jangkar... masuk gerbang Kampung Melayu Timur Jl. Rampai mendadak turun hujan deras.!!!! 

NOTE :
  • trip ini tidak dilanjutkan karena faktor cuaca yang diluar prediksi awal. Meski bike squad tim sudah dilengkapi jas hujan tiap peserta. Cuaca hujan lebat plus angin kencang menjadi bahan pertimbangan. Selain itu, karakter tamu Korea secara psikologi sangat sensitif terhadap kondisi lalu lintas padat dan pemerhati akut resiko keamanan. Aktivitas sepeda dihentikan. Selanjutnya di angkut bis untuk spot tujuan akhir, di Kawis Krisant (Kawasan Wisata Kreatif Sampah Terpadu) Sesuai itinerari plan trek alur touring pendek. 
  • Konsep wisata alternatif dengan melibatkan tamu (mahasiswa Daejeon University - South Korea) pada aktivitas berbaur dengan masyarakat setempat pada area kunjung ini belum begitu dipahami. Akibat keterbatasan komunikasi bahasa. Secara tipikal mereka masih ber-wacana "Conventional Tourism".
  • Sesuai paket program trip ini menyesuaikan (kolaborasi) dengan konsep yang digagas oleh rekan operator Hidden Trip wisata berbasis komunitas dan eco-sustainable ( tagline product : Education - Inspire - Share )
skenario rute bike trip
pembuatan denah dan Skenario rute Bike Trip

Starting poin di Taman Jangkar Ampenan (pal Nol Kilometer)

Hujan lebat persis di Kampung Melayu Timur - Jl. Rampai

video link

kunjungan terakhir di taman pintar - Kawis Krisant (Kampung Warna-Warni - Kampung Banjar, Ampenan)  
diskusi kelompok - review bike trip Ampenan

showing the simply map

presentasi hasil FGD (Focus Group Discussion) berlokasi di SMAN1 Tandjung


Minggu, 24 Desember 2017

Ampenan Old Town identity...,

Oktober 21, 2017 : Masih terkait identifikasi spot bike trip di sekitar Ampenan kota Tua. Seorang rekan fotografer ikut dalam touring singkat ini. Demi persiapan liputan visual demi penjajakan dan tawaran program kunjungan tamu Korea, Desember mendatang. Kemasan paket tour wisata kolaborasi dengan operator "the Hidden Trip".
Kami melakukan sedikit lebih intens pada varian alur jalur, meliputi :
  1. Kampung Melayu Tengah sebagai zona utama pemukiman terdekat dengan pelabuhan.
  2. Pelabuhan tua, dengan peninggalan eks gudang tua (gudang hoki) dan Konco (Kelenteng/Vihara)
  3. Kantor Lurah Ampenan Tengah, eks Table (pengurus peti mati untuk jenazah kalangan Tionghoa) & Simpang 5.
  4. Aspal utama jl. Yos Sudarso. pemukiman keluarga arab fam Bages. Deretan toko penjual Kurma hingga Taman Jangkar. Pal Nol kilometer dan spot penjual Durian.
  5. Susur trek sungai Jangkuk dan berakhir di Kawis Krisant (Kawasan Wisata Kreatif Sampah Terpadu) lingkungan Banjar Selaparang.   

 Selanjutnya cukup nikmati album foto terlampir. Ini cuma aktivitas "behind the scene".

Anyway : Jika berminat menikmati program bike tour "Ampenan the Complexity" Silah hubungi kami (081-936-712337) atau klik info syarat reservasi di kolom kanan. Thanks !  











Bersama Aisyah Odist, (kaos tengah) penggagas dan pendiri Kawis Krisant




kunjungi markas Manyar

Ini kunjungan kali ke-2 di markas Manyar...,
Burung tipe penganyam dari marga Ploceus. Upaya identifikasi berkelanjutan dengan tim kru cilik. Program bina pendidikan lingkungan berbasis luaran (outdoor). Memadukan kegiatan Biking dan Bird's watching,
Lokasi dekat pemukiman warga kompleks status menengah kebawah. Secara tatanan lansekap merupakan eks lahan basah. Telah mengalami alih fungsi (landuse), tata guna lahan bagi warga pendatang. Ditilik sekilas dari sebaran petak-petak lahan tersisa ceruk kolam dan tentu saja persawahan milik warga lokal. Tampak jelas sebagai lokasi parkir air. Bisa dipastikan kawasan ini akan mengalami peningkatan stok debit air. Terlebih disaat musim penghujan. 
Sayang, sarang Manyar tidak kami temui lagi. Akibat tiba musim panen di petakan lahan tebu yang kami kunjungi. 
Catatan FB per-30 Juli 2017 (interval 2 bulan dari kunjungan sebelumnya)
Jenguk spot Manyar...,
komplek persawahan itu sudah mulai berbulir padi. Tampak kegiatan petani mulai merangkai bentang media pengusik, halau sekelompok bondol. Sementara grup manyar menghimpun lekat di rimbun tinggi rumput. Ceracau riang warnai siang tidak terik. Entah kemana sarang mereka berpindah. Jenguk sejenak diladang tebu...sebagian sudah 'botak' di panen. Tidak tersisa anyaman sarang khas itu disana. Giliran tim krucil ini yang heboh...susahnya menjejak kaki. Terjebak di bedengan basah tanaman tebu. Berbaur riuh di petak persawahan. Cuma faktor sandal terjebak lumpur. Asyiknya lagi, kami sempat bertatap muka se-ekor ular cantik**. Persis di pematang dangkal. Tengadah-nya cukup jelas serupa pesan khas, Warning..don't disturb me! Setidaknya kami punya kenalan biota baru, untuk di identifikasi lebih lanjut.


koloni Manyar tempua pindah membuat sarang di rerumputan tinggi. lokasi dikebun tebu sudah tidak ditinggali sejak dipanen pemiliknya. Manyar Tempua bernama latin Ploceus phillipinus. Karena hanya berbekal pocket kamera, dokumentasi jadi tidak maksimal.   
anakan Manyar (juvenike) diatas pucuk pohon dekat lokasi sarang rerumputan.








si 'cantik' itu ternyata ular Tambang** 

Merunut wiki (Dendrelaphis pictus) adalah sejenis ular kecil dari suku Colubridae. Secara umum, ular ini juga disebut dengan nama ular tali, ular tampar atau ular tlampar (tampar atau tlampar Jw., tali). Di daerah Toraja ular ini dinamai duwata atau ule lewora.[1] Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Gmelin’s Bronzeback atau Painted Bronzeback, merujuk pada warna-warnanya yang cemerlang (pictus, painted, = seperti lukisan).

NOTE : sikap awal yang tenang, gaya dongak. Sempat prasangka klo dia jenis bisa tinggi. Dengan jarak 1,5m berhadapan.. refleknya risau. Coba dari sisi samping dan angkat pake sejulur ranting. Reaksinya tetap anteng. Gak lama mulai gerak menjauh...sisik samping noktah biru-hijau mengingatkan warna bintil mujair/louhan. kemudian agak terjawab pola prilaku-nya. Kenapa dia baru mulai tergesa-gesa menghindar...tampak tengah perutnya agak gembung. Kemungkinan baru usai santap mangsa. Pantesan jaga "gengsi"... efek kekenyangan gak bisa lari blingsatan. 





Referensi tulisan microBlogging/Facebook 
31 Mei 2017 (Outing class, Markas Manyar...Eureka!!!)
Akhirnya, setelah muter sini-sana. Kompleks manyar itu akhirnya ditemukan atas petunjuk 'pawang'. Padahal sedari awal tadi juga sudah santroni lokasi ini. Cumak gak nyana klo para Manyar itu lebih memilih lahan kebun tebu jadi areal sarangnya. Bukan sekerumun rerumput tinggi sebelahnya. Antusias Fathir meluap. Melewati batas pagar..menerobos rimbun tebu. Paling tidak kriteria resident aves ini persis sesuai jabaran wiki. Tipikal ini disebut Manyar tebu...tetap memilih dekat zona persawahan dan rada berair (wetland). Weaver Bird..kelompok burung yang mahir menganyam. Dianugrahi tabiat trik pengalih bagi kelompok pemangsa-nya, dengan membuat lorong celah ekstra disarang.
Sayangnya, sarang mereka gak tuntas. Sebagian berserakan akibat babat lahan. Kebun intensif dengan luasan gak seberapa ini mulai rajin nongol, sejak marak hadir penjaja minuman sari tebu. Di sekitaran Mataram. Sebagian sarang belum total terbangun...ada juga terlihat cukup bersih. Gak nampak kotoran dan bulu. Akhirnya pengakuan warga disitu cukup jadi 'alibi' sementara. Saking sering diburu...entah di tembak maupun dijaring masif untuk kepentingan distribusi bisnis 'kedit' di pasaran lokal. Ah.. bodoh struktural !!!
(Bird watching on d'day)